
Tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu membuat geger seluruh dunia. Bagaimana tidak, barang-barang yang diekspor ke AS dari banyak negara bakal dikenai tarif bervariasi, termasuk Indonesia sebesar 32 persen.
Hal tersebut berpotensi membuat harga barang-barang impor di AS semakin mahal. Para pelaku bisnis di negeri Paman Sam pun terancam kerepotan, termasuk Apple yang dikenal bergantung pada negara-negara lain seperti China untuk membuat aneka gadget dan mengimpornya ke AS.
Untuk menghindari tarif Trump yang berlaku mulai 5 April, Apple dikabarkan berupaya menimbun stok iPhone dengan cara mengirimkannya dari China dan India pada akhir Maret lalu. Supaya cepat, Apple rela menerbangkannya dengan lima pesawat yang penuh berisi iPhone. Padahal, periode tersebut biasanya relatif sepi pengiriman.
“Pabrik-pabrik di India dan China serta sejumlah lokasi lain telah mengirimkan produk ke AS sebagai antisipasi tarif,” ujar seorang sumber yang keterangannya dihimpun oleh Times of India. Apple memang memiliki pabrik iPhone di India, selain China yang menjadi rekanan manufaktur terbesarnya selama ini.
Menurut sang sumber, dengan menimbun stok iPhone, Apple bisa menstabilkan harga iPhone, setidaknya sebelum stok itu habis dan Apple mesti mengimpor lebih banyak iPhone dengan membayar tarif lebih tinggi.
“Peningkatan harga untuk mengimbangi dampak (tarif) ini tak bisa dibatasi hanya berlaku untuk pasaran AS saja, tapi harus dibagi ke wilayah-wilayah lain, termasuk India,” ujar sumber tersebut. Dengan kata lain, tarif Trump kemungkinan bakal membuat harga iPhone di negara-negara lain jadi makin mahal pula, bukan hanya di AS saja.
Untuk saat ini Apple masih belum berencana menaikkan harga produk-produknya meskipun terkena tarif lebih mahal, tapi kemungkinan itu tetap ada mengingat Apple bergantung pada negara-negara lain untuk manufaktur produknya. AS sendiri merupakan pasar krusial bagi Apple. Perusahaan tersebut agaknya berupaya menghindari kenaikan harga yang bisa berdampak negatif pada demand dan margin profit.
Sementara itu, dalam perkembangan terbaru, Presiden AS Donald Trump setengah berbalik haluan dengan memberlakukan penangguhan berlakunya tambahan tarif impor selama 90 hari untuk sebagian besar negara, kecuali China yang justu mendapat kenaikan tarif hingga total menjadi 125 persen.