
Saat hendak membeli smartphone baru, kira-kira aspek apa saja yang menjadi pertimbangan utama konsumen di Indonesia? Mengutip hasil survei internal, analis senior firma riset pasar Counterpoint, Febriman Abdillah, menguraikan jawabannya, sebagaimana dapat dilihat dalam penjabaran berikut.
Table of Contents
Kamera
Sebagai salah satu fitur yang paling banyak dipakai oleh pengguna smartphone, menurut Counterpoint, kamera duduk di urutan pertama aspek perangkat yang paling dipertimbangkan oleh konsumen di Indonesia.
Skenario penggunaan kamera antara lain termasuk mendapatkan gambar berkualitas tinggi untuk diunggah ke media sosial. Kamera belakang dan depan dipandang sama pentingnya oleh konsumen.
“Itu sebabnya sekarng banyak vendor smartphone yang mempromosikan kemitraan dengan pabrikan kamera, misalnya Xiaomi dengan Leica dan Oppo dengan Hasselblad,” ujar Febriman saat ditemui di sela acara Indonesia Gadget Award 2024 di Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Berkenaan dengan hal ini, menurut riset Counterpoint, resolusi kamera belakang dan depan ponsel-ponsel yang beredar di Indonesia menunjukkan kenaikan pada kuartal-III 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kamera utama dengan resolusi 50 MP kini digunakan di lebih dari 62 persen perangkat. Sementara, kamera beresolusi 108 MP juga mengalami tren kenaikan dan telah ikut hadir di ponsel di segmen harga entry-level 200 dollar AS (Rp 3 jutaan) ke bawah.
Kamera depan 32 MP juga mengalami peningkatan popularitas, terutama di segmen entry-level 200 dollar AS ke bawah dan menengah di kisaran harga 200-399 dollar AS (Rp 3 jutaan- Rp 6 jutaan).
Kapasitas RAM dan memori internal
Setelah kamera, Febriman mengatakan bahwa aspek berikutnya yang menjadi pertimbangan utama konsumen saat membeli smartphone baru adalah kapasitas memori utama alias RAM dan media internal.
Dia menyebut keduanya sebagai “tulang punggung” sebuah smartphone lantaran peranan mereka yang penting. Febriman mencontohkan kapasitas memori internal yang menentukan berapa banyak file, termasuk gambar dan video, yang bisa disimpan di ponsel.
“Bukan cuma untuk simpan foto, tapi juga sosmed. Apalagi yang punya toko online, memori internal adalah andalan media penyimpanan yang paling efektif. Sementara, RAM dibutuhkan agar performa terasa smooth,” ujar Febriman.

Menurut data Counterpoint, pada kuartal-III 2024, tren kapasitas RAM dan media internal mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kapasitas RAM 8 GB makin banyak muncul di kelas entry-level, sedangkan RAM 12 GB banyak bermunculan di papan tengah dan atas.
Akan halnya media internal, kapasitas 128 GB stabil dan relatif tidak berubah, sebagian besarnya ditemukan di perangkat di segmen harga di bawah 200 dollar AS. Ponsel dengan kapasitas storage 256 GB mengalkami pertumbuhan pesat, sementara kapasitas 64 GB dan 32 GB sudah tergusur.
Desain, juga tampilan kamera mirip iPhone
Setelah kamera, RAM, dan media internal, aspek berikutnya yang menjadi incaran pembeli di Indonesia saat mempertimbangkan ponsel baru adalah desain. Menurut Febriman, persoalan desain ini bukan hanya menyangkut desain secara keseluruhan, tapi juga tampilan modul kamera.
“Karena aspirasinya adalah mengikuti (bentuk kamera) iPhone, bentuk fisik kameranya jadi salah satu yang dicari supaya gaya,” ungkap Febriman menjelaskan alasannya.
Dari aspek lain, pergeseran tipe panel layar dari LCD ke OLED juga semakin terasa. Perangkat berlayar OLED mengalami pertumbuhan sebesar 30 persen YoY pada kuartal-III 2024, menurut data Counterpoint.

Setali tiga uang dengan fitur NFC yang keberadaannya makin dibutuhkan oleh konsumen untuk top-up kartu uang elektronik dan sarana pembayaran cashless alternatif kode QR.
Counterpoint mencatat, sebanyak 73 persen ponsel di kuartal-III 2024 sudah dibekali dengan fitur NFC. Pertumbuhan fitur NFC di segmen harga entry level 200 dollar AS ke bawah bahkan mencapai 66 persen YoY.
Bagaimana dengan AI?
Ada satu lagi aspek smartphone yang belakangan sering didengung-dengungkan oleh para pabrikan, yakni fitur-fitur yang memanfaatkan kapabilitas kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Namun, Febriman mengaku pihaknya melihat bahwa konsumen di Idonesia masih belum banyak yang menyadari keberadaan fitur-fitur AI maupun manfaatnya. Salah satu alasannya adalah karena fitur-fitur tersebut masih terbatas hanya ada di ponsel berharga mahal, sedangkan yang dominan di pasaran Indonesia adalah perangkat entry-level.
“Samsung, misalnya, AI mereka ada di Galaxy A55 untuk lowest price, dan itu pun masih tergolong high-end, jadi (fitur-fitur) AI ini masih belum sampai ke segmen bawah,” papar Febriman.
Meskipun demikian, Febriman meyakini bahwa fitur-fitur AI bakal menjadi salah satu aspek yang paling menentukan pertimbangan konsumen di masa mendatang, seiring dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat atas manfaatnya yang dapat membantu produktivitas dan kreativitas.
“PR-nya bagi vendor smartphone adalah bagaimana mendiferensiasikan AI masing-masing, apa bedanya dari yang lain. Itu yang sekarang belum ada karena masing-masing masih mengolah,” pungkasnya.










