Review Tecno Pova Slim: HP Murah dengan Bodi Paling Tipis

Smartphone ramping tipis diperkirakan akan semakin populer ke depannya. Samsung telah lebih dulu melangkah awal tahun ini dengan flagship Galaxy S25 Edge, salah satu ponsel tertipis di Indonesia dengan ketebalan hanya 5,85 mm. Kini, Apple ikut meramaikan tren tersebut dengan iPhone Air, iPhone tertipis mereka sejauh ini dengan ketebalan hanya 5,6 mm.

Tak mau ketinggalan, Tecno menghadirkan tren ini ke khalayak lebih luas lewat Pova Slim yang terjangkau. Kendati tidak sekuat perangkat Samsung atau Apple dalam hal performa, Tecno berhasil menanamkan baterai berkapasitas besar 5.160mAh ke dalam bodi yang hanya setebal 5,95mm.

Lantas, apa arti dari hal ini bagi ponsel tersebut, dan apakah layak mengeluarkan 19.999 rupee (Rp 3,7 jutaan) untuk ponsel yang ditenagai MediaTek Dimensity 6400 ini? Mari kita bahas dalam review Tecno Pova Slim berikut.

Table of Contents

Kesimpulan awal

Tecno Pova Slim cukup menonjol dibandingkan smartphone lain di kelasnya, bahkan yang ada di atasnya. Ini berkat desainnya yang khas. Kendati begitu, Tecno harus memangkas beberapa aspek performa dan kamera demi menghadirkan smartphone ultra-tipis dengan harga terjangkau. Selain itu, layar yang diusung memang mengesankan secara keseluruhan, meski klaim refresh rate 144 Hz tampaknya tidak sepenuhnya akurat. Dari sisi software, dukungan yang terbatas membuatnya kurang menarik dalam hal masa pakai jangka panjang.

Desain setipis silet

Mari kita mulai dengan hal yang langsung terlihat, yakni desainnya. Meskipun Tecno Pova Slim sedikit lebih tebal dari Samsung Galaxy S25 Edge, tepiannya yang melengkung membuatnya tampak seperti smartphone paling tipis dan paling ramping yang ada. Hal ini tidak hanya memberikan kesan premium, tetapi juga membuatnya nyaman digenggam dan mudah dimasukkan ke ruang sempit seperti saku celana jeans. Kami pribadi akan lebih menyukai jika tepinya dibuat doff ketimbang glossy, tetapi Tecno dengan cermat menyertakan hard case berlapis doff di dalam kotak untuk meningkatkan genggaman.

Meski ramping, ponsel ini tetap tangguh. Unibodi plastik Tecno Pova Slim terasa kokoh, hanya sedikit melengkung saat diberi tekanan dari ujung ke ujung. Panel belakangnya juga terpasang rapat tanpa celah, itu mengapa ponsel ini bisa mendapatkan sertifikasi IP64 yang dapat mengurangi risiko rusak saat terkena debu dan percikan air ringan. Selain itu, dengan bobot hanya 156 gram, ponsel ini terasa sangat ringan, mudah dibawa, dan nyaman digunakan dalam waktu lama.

Tidak hanya soal bentuk, Tecno juga memastikan bahwa Pova Slim menonjol dari sisi desain. Bodi belakangnya berlapis doff dengan modul kamera unik berbentuk lonjong di dekat bagian atas. Penempatan sensor kamera yang berjauhan mungkin terlihat aneh pada awalnya, namun tunggulah sampai ponsel diisi daya atau menerima notifikasi. Saat itu terjadi, fitur Dynamic Lighting Effects akan menyala, menghubungkan dua sensor tersebut dengan strip lampu LED, sekilas membuatnya mirip karakter EVE di film WALL-E.

Tecno juga menambahkan sentuhan menarik pada Dynamic Lighting, dengan efek yang meniru suasana hati dan ekspresi seperti Happy, Unhappy, Open Eyes, dan Blink.

Layar berpenampilan tajam, namun tidak benar-benar “144 Hz”

Layar Tecno Pova Slim juga menjadi salah satu daya tarik utamanya. Ponsel ini dilengkapi panel AMOLED melengkung berukuran 6,78 inci dengan resolusi Full HD Plus, kecerahan maksimal 4.500 nits, dan refresh rate hingga 144 Hz di atas kertas. Meskipun spesifikasi tersebut terdengar mengesankan untuk ponsel di harga Rp 3 jutaan, kami agak heran mengapa Tecno mengklaim refresh rate 144 Hz, mengingat MediaTek Dimensity 6400 secara resmi hanya mendukung maksimum 120 Hz. Dalam pengujian kami, ponsel ini memang hanya mampu mencapai 120 Hz, itu pun hanya di layar kunci, meski opsi 144 Hz sudah diaktifkan secara manual di pengaturan.

Biasanya, kecepatan refresh rate-nya berada di kisaran 90 Hz atau 60 Hz, bahkan di antarmuka sistem dan aplikasi, sehingga animasinya terasa kurang mulus dibandingkan panel 120 Hz sesungguhnya. Namun jika Anda bisa memaklumi kekurangan ini, layarnya tetap termasuk salah satu yang terbaik di kelas harganya. Secara visual, tampilannya tajam, jelas, dan tetap terbaca dengan baik di bawah sinar matahari. Ponsel ini juga sudah tersertifikasi Widevine L1, sehingga mampu menayangkan konten Full HD di Netflix dan platform lainnya. Untuk perlindungan, Tecno Pova Slim menggunakan Corning Gorilla Glass 7i, dan ada pelindung tempered glass tambahan di dalam paket penjualan.

Layarnya menampung notch berbentuk pil yang mirip Dynamic Island milik iPhone, yang dapat meluas untuk menampilkan notifikasi, pembaruan real-time, status pengisian daya, dan lainnya. Mirip dengan implementasi Apple, fitur ini juga menawarkan kontrol interaktif, Anda dapat memperluas notifikasi atau langsung membuka aplikasi hanya dengan satu ketukan.

Baterai compact namun awet

Tecno Pova Slim disuplai dengan baterai silikon-karbon 5.160 mAh yang menawarkan kepadatan energi lebih tinggi dibandingkan baterai lithium-ion biasa tanpa menambah ketebalan perangkat. Meski kapasitasnya tidak sebesar beberapa ponsel lain di kelasnya, angka tersebut tetap patut diapresiasi mengingat bodinya yang sangat ramping.

Dalam pengujian ketahanan, Tecno Pova Slim mampu bertahan pada durasi 10 jam 2 menit pada uji baterai PC Mark, sementara pengujian streaming video YouTube menguras daya sekitar 4 persen. Konsumsi ini sedikit lebih tinggi dari kebanyakan pesaing di segmennya, meski selisihnya tidak terlalu besar.

Saat diujikan bermain game, baterai ponsel ini berkurang sekitar 19 persen setelah 30 menit memainkan BGMI (PUBG Mobile versi India), Call of Duty: Mobile, dan Real Racing 3. Angka ini sebanding dengan sebagian besar rivalnya, namun karena kapasitas baterainya sedikit lebih kecil, pengguna kemungkinan perlu mengisi daya Tecno Pova Slim di penghujung hari. Untungnya, Tecno menyertakan adaptor 45 watt dalam paket penjualan yang mampu mengisi daya dari 20 hingga 100 persen hanya dalam 54 menit.

Kinerja ideal untuk penggunaan kasual

Tecno Pova Slim ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 6400, yang tergolong ideal untuk penggunaan ringan sehari-hari. Chipset ini juga digunakan pada Tecno Spark Go yang dijual di harga Rp 1 juta.

Meskipun performanya cukup memuaskan di kelas harga tersebut, baik dalam uji sintetis maupun penggunaan nyata, kemampuannya terasa kurang kompetitif di segmen Rp 3 jutaan, di mana banyak pesaing sudah dibekali chipset lebih bertenaga seperti MediaTek Dimensity 7400 dan Snapdragon 7s Gen 2.

Dalam praktiknya, ponsel ini tidak menemui masalah berarti saat digunakan untuk browsing, scrolling, maupun streaming, dan tetap terasa sejuk berkat sistem pendingin vapor chamber berukuran besar. Sistem ini memastikan perangkat tidak cepat panas bahkan saat digunakan untuk aktivitas berat seperti bermain game. Suhu hanya meningkat sekitar 12 derajat Celsius selama pengujian game pada uji baterai. Selain itu, frame rate-nya cukup stabil dan sebanding dengan Infinix GT 30, yang merupakan salah satu ponsel paling bertenaga di kelasnya. Perangkat ini sanggup menorehkan skor AnTuTu sebesar 455.458 poin.

Meski begitu, sesekali muncul sedikit stutter sehingga kurang ideal bagi pengguna yang menginginkan performa maksimal. Tecno Pova Slim masih mampu menangani multi-tasking, tetapi dengan jumlah aplikasi latar belakang yang terbatas. Kamera pun terasa agak lambat saat mengambil beberapa foto secara berurutan.

Kamera cukup memadai

Tecno Pova Slim dibekali setup kamera ganda di bagian belakang, terdiri atas sensor utama 50 MP dan kamera makro 2 MP. Di bagian depan, terdapat kamera punch hole 13 MP yang berfungsi untuk selfie dan panggilan video. Meskipun setup ini bukan yang paling fleksibel, hasilnya cukup baik saat digunakan di kondisi pencahayaan terang.

Warna cenderung sedikit ke arah artifisial, namun masih cukup mendekati aslinya, dan detail terlihat memadai pada sekali lihatan. Kendati begitu, saat gambar diperbesar, terlihat adanya noise yang cukup jelas sehingga menurunkan ketajaman keseluruhan. Dynamic range pada hasil fotonya pun terlihat luas kendati masih kalah dengan salah satu pesaingnya, Moto G96.

Pemotretan siang hari

Tecno Pova Slim cenderung menghasilkan tone warna yang lebih warm, sedangkan Moto G96 lebih condong ke tone dingin. Hal ini membuat warna keseluruhan hasil foto Tecno terlihat lebih alami, seperti saat perangkat tersebut berhasil menangkap warna bangunan di momen matahari terbenam dengan akurat. Namun, meskipun memiliki keunggulan ini, ponsel tersebut kesulitan dalam mempertahankan detail kecil dan ketajaman. Salah satu alasannya karena Tecno Pova Slim ini punya bidang pandang yang lebih sempit dibandingkan dengan milik Motorola.

Dalam hal ini, Moto G96 terbukti lebih unggul, tidak hanya dalam menghasilkan detail yang lebih baik, tetapi juga memiliki rentang dinamis yang lebih kuat. Reproduksi warnanya memang tidak sepenuhnya akurat, namun hasil akhir yang lebih punchy kemungkinan besar akan menarik bagi pengguna yang gemar mengunggah foto ke media sosial.

Portrait

Tecno Pova Slim sedikit lebih unggul dibandingkan Moto G96 berkat deteksi tepi yang lebih alami dan efek bokeh yang menarik, sekaligus menghasilkan tone kulit dan detail kecil yang hampir akurat. Ponsel ini juga lebih baik dalam menangani paparan sinar matahari, sedangkan Moto G96 sering kali kesulitan hingga menyebabkan area terang menjadi terlalu mencolok.

Selfie

Kamera depan 13 MP pada Tecno Pova Slim mampu menampilkan warna kulit yang hampir akurat, namun kalah saing dalam hal detail wajah dan exposure latar belakang. Moto G96 tampil lebih unggul dengan hasil gambar yang lebih tajam sekaligus mampu menjaga bayangan. Hasil fotonya juga tidak terlalu mengekspos detail di latar belakang seperti pada smartphone Tecno.

Kondisi minim cahaya (night mode)

Profil warna yang lebih dingin pada Moto G96 membantunya meminimalkan light flare, sehingga tidak terlalu memengaruhi warna di sekitarnya seperti yang terjadi pada Tecno Pova Slim. Contoh yang jelas dapat dilihat pada hasil foto berikut. Meskipun diambil larut malam, Tecno membuat langit tampak hampir putih akibat flare lampu jalan yang melintas di bingkai gambar.

Kendati begitu, Moto G96 juga tidak sepenuhnya akurat. Hasil fotonya sering kali menampilkan warna yang terlalu ditingkatkan, tetapi secara keseluruhan tetap lebih menarik secara visual dibandingkan Tecno Pova Slim, yang masih kesulitan dalam mempertahankan detail.

Singkatnya, kamera Tecno Pova Slim sudah cukup baik untuk penggunaan sehari-hari, tetapi bukan untuk penggemar fotografi. Ponsel ini hanya unggul dalam merepresentasikan pemandangan dengan akurat di siang hari dan hasil portrait yang memadai, namun kurang di aspek lainnya. Hal yang sama berlaku untuk perekaman video, yang dapat dilakukan hingga resolusi 2K pada 30 FPS. Namun, sebaiknya Anda merekam pada resolusi 1080p agar hasilnya lebih layak digunakan.

Software

Dari sisi software, Pova Slim hadir dengan HiOS 15 berbasis Android 15, antarmuka yang sama seperti pada smartphone Tecno terbaru lainnya. Secara keseluruhan, pengalaman penggunaannya jauh dari Android stock. Bahkan, ini adalah salah satu UI paling ramai yang pernah saya gunakan di smartphone. Hal ini cukup mengejutkan mengingat Pova Slim justru hadir dengan jumlah aplikasi pihak ketiga pra-instal paling sedikit di segmennya. Sisi positifnya, Tecno memberikan cukup banyak opsi kustomisasi, memungkinkan Anda menyesuaikan tampilan antarmuka agar lebih sesuai dengan preferensi pribadi.

Smartphone ini juga dibekali dengan sejumlah fitur AI, termasuk Circle to Search, pembuat wallpaper, alat pengedit gambar seperti Object Eraser, asisten penulisan, serta Google Gemini. Semua fitur ini bekerja cukup baik untuk penggunaan sehari-hari. Selain Google Gemini sebagai asisten suara, Pova Slim juga memiliki chatbot AI buatan Tecno sendiri bernama Ella, yang terbukti cukup fungsional. Ella mendukung beberapa bahasa daerah populer dan dapat menjalankan berbagai aktivitas seperti menjawab pertanyaan dari internet, menavigasi pengaturan sistem, hingga menghapus foto dari galeri, semuanya dapat dilakukan melalui perintah suara.

Kendati begitu, untuk dapat menggunakan semua fitur tersebut, Anda harus terlebih dahulu mengaktifkan chatbot dari menu pengaturan. Tecno menyediakan dukungan software untuk perangkat ini, tetapi terbatas hanya satu tahun pembaruan OS utama, berbeda dari standar tiga tahun pembaruan OS dan dua tahun pembaruan keamanan di kelas harganya.

Kesimpulan

Tecno Pova Slim hadir dalam satu varian dengan RAM 8 GB dan penyimpanan 128 GB. Tidak adanya slot MicroSD terasa agak membatasi di masa kini. Performa perangkat ini memadai untuk penggunaan kasual, namun mulai kewalahan saat menjalankan aktivitas berat, sementara baterainya mampu bertahan seharian dengan nyaman. Kameranya, meski masih bisa diandalkan, kurang konsisten dan tidak terlalu fleksibel.

Yang membuat Pova Slim menonjol adalah desainnya. Ini merupakan ponsel dengan layar melengkung tertipis di dunia, memiliki bodi yang ringan, Dynamic Lighting, dan layar yang cerah untuk menikmati konten. Mungkin perangkat ini tidak akan memuaskan pengguna yang mencari performa jangka panjang, dukungan software yang kuat, atau kamera berkualitas tinggi. Namun, Tecno Pova Slim tetap tampil menawan sebagai daily driver yang stylish untuk penggunaan ringan hingga menengah, atau bahkan sebagai ponsel sekunder yang elegan.

Rating editor: 8,2 / 10

Alasan membeli:

Alasan tidak membeli:

Home Reviews